ahli maksiat lebih mulia daripada ahli ibadah

Ya hanya kerana si lelaki ahli maksiat tersebut punya rasa rendah diri bilamana bertembung dengan ahli ibadah tersebut. Rasa tidak layak bilamana dirinya yang hina bertembung dengan seorang abid yang mulia. Namunmengenakan Jilbab termasuk Ibadah, dan merupakan ibadah yang agung karena banyak mengandung kebaikan. bahkan ia lebih dicintai daripada ibadah sunnah lainnya. Allah berfirman dalam hadits qudsi :" Hamba-Ku tidaklah bertaqarub kepada-Ku dengan sesuatupun yang lebih kucintai daripada yang Aku wajibkan atasnya "(H.R Bukhari) 3. Maksiat yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang ketaatan keapada Allah yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong.” Sebesar apa pun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu. إِلَّاعِبَادَ ٱللَّهِ ٱلْمُخْلَصِينَ. Arab-Latin: illā 'ibādallāhil-mukhlaṣīn. Artinya: Tetapi hamba-hamba Allah yang bersihkan (dari dosa tidak akan diazab). — Surat As-Saffat Ayat 74. Kecuali hamba-hamba Allah yang Allah selamatkan dan Allah khususkan dengan rahmatNya karena Rasulullahs.a.w bersabda: "Sesungguhnya syaitan ada baginya bisikan ke hati anak Adam, dan Malaikat juga ada bisikannya; ada pun bisikan syaitan itu ialah galakannya supaya seseorang melakukan kejahatan dan mendustakan kebenaran, dan bisikan Malaikat pula ialah galakannya supaya seseorang mengamalkan kebaikan dan meyakini kebenaranya; oleh itu Site De Rencontres Pour Les Rondes. BismillahirrahmanirrahimSegala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang setia dan adalah menolak kebenaran, mengagungkan diri sendiri 'ujub, dan merendahkan yang yang sudah banyak diceritakan, kesombongan selalu membawa bahaya dan menghilangkan segala kemuliaan. Bahkan seorang yang maksiat saja bisa lebih baik dari ahli ibadah apabila sang ahli ibadah dibutakan dengan kesombongannya. Sedangkan seorang yang maksiat menyadari begitu rendahnya dia dan mengakui tokoh sufi dari Mesir, Syeikh Ibnu Atha’illah As-Sakandary mengatakan bahwa“Maksiat yang menciptakan tapi tumbuh sikap hina dina dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu lebih baik daripada ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang menciptakan sikap merasa lebih mulia dan sombong.”Sebesar apapun dosa dan kejahatan yang diperbuat seseorang, jika kemudian dia bertobat maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan membukakan pintu ampunan dan menyambut dengan kegembiraan yang Maha bin Iyadh menyampaikan nasehat, “Wahai orang yang patut dikasihani, kamu orang jahat, tetapi menganggap dirimu baik. Kamu itu orang jahil tetapi menganggap dirimu berilmu. Kamu bakhil, tetapi menganggap dirimu dermawan. Umurmu pendek, tetapi angan-anganmu panjang.”Seperti yang dikisahkan, seseorang yang dijuluki Khali’ yaitu seorang pemuda yang suka berbuat kemaksiatan suatu waktu ia bertemu dengan seorang abid, yakni seorang yang taat beribadah dari kaum Bani si khali’ berkata, “Aku adalah seorang pendosa yang suka berbuat kemaksiatan, sementara orang itu adalah seorang abid, sebaiknya aku duduk disebelahnya, dan Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadaku dan memaafkan dosaku.”Kemudian si khali’ duduk disebelah si abid.“Aku adalah seorang yang taat beribadah, sementara pria ini adalah seorang yang amat suka berbuat kemaksiatan, pantaskah aku duduk bersebelahan dengannya ?” gumam si abid. Dan tiba-tiba si abid memaki serta menendang si khali’ hingga jatuh Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam mengenai peristiwa ini.“Perintahkanlah kepada kedua orang ini yaitu abid dan khali’ untuk memperbanyak amal mereka. Sesungguhnya Aku benar-benar telah mengampuni dosa-dosa khali’ dan menghapus semua amal ibadah abid.”Dengan demikian semua dosa-dosa yang pernah diperbuat oleh si ahli maksiat menjadi terhapuskan karena ia merasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas semua dosa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghapuskan semua amal ibadah yang telah dikerjakan oleh si ahli ibadah karena sifatnya yang sombong dan merasa dirinya lebih mulia dibandingkan si ahli yang sebenarnya membuat kedudukan si alim lebih rendah daripada si maksiat adalah sikapnya yang begitu menyombongkan diri dan menganggap mulia seseorang yang suka bermaksiat itu menyadari dan menimbulkan rasa hina pada dirinya ahli ibadah juga menghakimi dan menghujat bahwa orang yang bermaksiat itu tidak pantas duduk bersandingan hanya Allah lah yang pantas untuk memberi penghakiman terhadap orang ini tentunya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, Sedikit amal bisa membuat kita memandang rendah orang amal membuat kita menjadi hakim atas tindakan benar-salahnya orang kisah yang hampir sama juga diceritakan di dalam kitab Sittuna Qishshah yaitu “kisah ahli ibadah yang masuk neraka dan ahli maksiat yang masuk surga”.Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, Berhentilah dari berbuat dosa.’Dia menjawab, Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.’Laki-laki ahli ibadah itu menimpali,Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Robbul’ ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmat-Ku.’Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, Masukkan orang ini ke neraka’.”HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhd, dan Ibnu Abi Dunya dalam Husn Az-Zhan, dan Al-Baghawi Syrah As-SunnahKedua cerita di atas sama- sama mengajarkan bahwa seseorang yang mulia dan lebih tinggi derajatnya tidak hanya dilihat dari banyak atau sedikitnya dosa, tapi juga dilihat implikasi atau dampak dari amal dia yang banyak amal baiknya menjadi takabbur tentunya semua amal itu akan lenyap. Sedangkan jika si pendosa merasa bersalah dan berusaha untuk bertobat maka akan musnahlah seluruh dosanya.“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat istighfar intropeksi diri dan berusaha untuk tidak mengulangi lagi ”. HR Tirmidzi 2499 “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa kesalahan dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya. Dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik” HR. TirmidziAllah Ta’ala berfirman,إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk” QS. Huud 114Waspadailah bicara hati kita!Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda“Jika kalian tidak pernah melakukan dosa, niscaya sesungguhnya yang paling ditakutkan pada kalian adalah yang jauh lebih dahsyat yaitu ujub merasa kagum pada diri sendiri.”HR. Imam AhmadItulah informasi dari Ahli Ibadah yang Berlaku Sombong Wallahu a’lam. Semoga dapat menambah pengetahuan kita. Terima kasih atas kunjungannya. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID XJ_voxwX0S-it2nuYGiW1uau278LflNCCm5QPCQ32iTmxPe-jEFhZQ== Web server is down Error code 521 2023-06-13 130417 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6a89de3ce60e39 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Semoga kisah dibawah ini bisa membuka cakrawala hikmah dalam hati kita yang selama ini terkunci. Alkisah, ada seorang lelaki dari kaum Bani Israil yang dijuluki Khali’, orang yang gemar berbuat maksiat besar. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang abid dari kaum Bani Israil, orang yang ahli berbuat ketaatan dan di atas kepalanya terdapat payung mika. Kemudian Khali’ bergumam, “Aku adalah pendosa yang gemar berbuat maksiat, sedangkan dia adalah abid-nya kaum Bani Israil, lebih baik aku bersanding duduk dengannya, semoga Allah memberi rahmat kepadaku.” Lalu si Khali’ tadi duduk di dekat si abid. Lantas si abid pun bergumam, “aku adalah seorang abid yang alim, sedangkan dia adalah khali’ yang gemar bermaksiat, layakkah aku duduk berdampingan dengannya?” Tiba-tiba saja si abid menghujat dan menendang si khali’ hingga terjatuh dari tempat duduknya. Lalu Allah memberikan wahyu kepada Nabi Bani Israil dengan firmannya, “Perintahkan dua orang ini yakni abid dan khali’ untuk sama-sama memperbanyak amal, Aku benar-benar telah mengampuni dosa-dosa khali’, dan menghapus semua amal ibadah abid.” Maka, berpindahlah payung mika yang dikenakan abid tersebut kepada khali’. Kisah itu sejatinya menjadi cambuk bagi kita. Seringkali kita merasa bangga dengan ibadah dan amal saleh yang telah dikerjakan. Namun itu menjadi sia-sia karena dengan kebanggaan itu lantas menghujat dan menghakimi orang lain. Syekh Ibnu Athaillah dalam Kitab al-Hikam menegaskan bahwa, “Maksiat yang melahirkan rasa hina pada dirimu hingga engkau menjadi butuh kepada Allah, itu lebih baik daripada taat yang menimbulkan perasaan mulia dan sombong atau membanggakan dirimu.” Dengan kata lain, hina dan butuh kepada Allah keduanya adalah sifat orang yang menghamba. Adapun mulia dan agung adalah sifat Tuhan, sehingga tidak ada kebaikan bagi seorang hamba yang taat tapi menimbulkan perasaan mulia dan agung, sebab keduanya adalah sifat Tuhan. Tawadhu-nya orang yang berbuat maksiat dan perasaan hina dan takut kepada Allah, itu lebih utama daripada takabbur-nya orang alim atau orang yang abid. Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah. Bahkan orang yang berdosa namun bertobat dengan penuh rasa hina dina dihadapan Allah itu dinilai lebih baik, dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa paling hebat, suci, mulia dan sombong dengan ibadahnya. Rasulullah bersabda, “Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ujub kagum pada diri sendiri.” HR Imam Ahmad Sifat merasa hina dina adalah wujud kehambaan kita. Manusia akan sulit mengakui kehambaannya manakala ia merasa lebih mulia, sombong, ujub, hebat dibanding yang lainnya. Kita berlindung pada Allah dari segala bentuk kesombongan dan merasa lebih baik dari yang lain.. Wal iyaadzu billah..

ahli maksiat lebih mulia daripada ahli ibadah